Jambi – Pengamat Ekonomi dan Politik, Usman Ermulan, membeberkan penyebab kenaikan harga beras dan sembilan bahan pokok (sembako) di saat stok diklaim aman.
Usman berkata bahwa kenaikkan tersebut telah menyulitkan rakyat. Sejatinya, pemerintah memikirkan nasib kesejahteraan rakyat, bukan malah menghancurkan kesejahteraan.
“Sebenarnya tugas pemimpin itu bagaimana mensejahterakan rakyat agar rakyat tetap hidup dalam keadaan aman,” ujar Usman, Sabtu, 16 Maret 2024.
Selain karena pemerintahan Joko Widodo terlalu sibuk impor. Menyetujui impor beras 3,6 juta ton untuk 2024, juga tidak mampu mengendalikan pemerintah daerah.
Mantan anggota DPR RI tiga periode di Komisi Keuangan-Perbankan dan Perencanaan Nasional itu mewarning untuk tidak membuat kebijakan yang tak pro rakyat.
“Pemerintah tidak dapat mensejahterakan rakyatnya, salah satu menteri-nya. Mendagri tidak mampu mengendalikan para gubernur, bupati dan walikota sehingga harga sembilan bahan pokok dan beras melambung tinggi,” ucap Usman.
Impor beras misalkan, seolah menjadi solusi jalan pintas dalam menjaga ketersediaan stok dan menstabilkan harga beras dalam negeri. Hal tersebut hanya akal-akalan pemerintah saja. Padahal, stok dalam negeri masih aman.
“Minat petani untuk menanam padi hilang karena banjirnya beras impor. Dicarilah alasan bahwa ini akibat
El Nino. Di negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Brunai, harga beras dan sembilan bahan pokok mereka tetap stabil,” tegas Usman yang juga mantan Bupati Tanjungjabung Barat dua periode.
Usman mencontohkan di tiga kabupaten daerah di Provinsi Jambi, Tanjungjabung Barat, Tanjungjabung Timur, dan Kerinci, yang sejak dahulu dikenal sebagai daerah lumbung padi. Dengan wilayah pertanian yang demikian luas. Seharusnya mampu menjadikan provinsi itu sebagai swasembada beras.
“Ini suatu contoh kegagalan pemimpin di daerah masing- masing dan mendagri-nya,” tegas Usman. (Den)