Jambi – Ekonom Usman Ermulan menyebut pemerintah belum mampu membuat petani sawit di Jambi sejahtera.
Salah satunya disebabkan karena ketidakmauan untuk memanfaatkan pelabuhan yang ada sekarang menjadi khusus ekspor crude palm oil (CPO) langsung ke pasar global. Hal tersebut berdampak pada harga tandan buah segar (TBS) sawit menjadi anjlok di kalangan petani.
“Jambi tidak kurang luasan kebun kelapa sawit 1,3 juta hektar. Milik perkebunan swasta nasional hanya 600 ribu dan selebihnya milik rakyat,” ujar Usman, Senin, 1 April 2024.
Mantan anggota DPR RI selama tiga periode mantang di Komisi Keuangan-Perbankan dan Perencanaan Nasional itu meminta agar pemerintah mengambil langkah strategis dengan kondisi tersebut.
Salah satunya, perintahkan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Perindustrian mengoperasi pelabuhan Muara Sabak sebagai pelabuhan khusus ekspor CPO.
Kalkulasi Usman bukan tanpa dasar. Melihat kondisi Jambi saat ini hanya mengandalkan satu pelabuhan saja yakni pelabuhan Talang Duku. Lalu dibawa lagi ke pelabuhan Dumai Provinsi Riau untuk kemudian di ekspor.
“Pemerintah hanya semata-mata mengandalkan pelabuhan Talang
Duku yang tidak bisa dirapati oleh tongkang berukuran besar,” kata Usman, juga mantan Bupati Tanjungjabung Barat dua periode.
Usman mengingatkan kepada Presiden Joko Widodo yang akan berkunjung ke Provinsi Jambi pada awal April ini, bahwa Jambi termasuk daerah penghasil sawit terbesar di Indonesia. Artinya, sawit salah satu komoditi yang mampu membangkitkan perekonomian Nasional.
Usman berharap Jokowi mampu mengatasi hal ini, diyakini bukan hanya membawa kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat terutama petani. Tapi kepada negara dengan meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD) dan devisa negara.
“Selama ini petani harus menanggung kerugian karena tak bisa menikmati harga CPO dari buah kelapa sawit. Jika tidak melalui Dumai lagi maka ongkos pengiriman CPO dari Talang Duku ke Dumai yaitu sekitar Rp400 perkilogram bisa dimiliki petani sawit kita,” ucap Usman.
“Sedangkan pengiriman cangkang sawit saja, bisa dilakukan setiap bulannya tidak kurang dari 30 ribu ton ke Jepang melalui ambang luar Muara Sabak yang bahan bakarnya diisi di Kuala Tungkal. Ini sangat perlu jadi bahan pemikiran bapak Presiden yang berkunjung ke daerah Jambi,” lanjut kawan lama Presiden RI ketiga Bj Habibie itu. (Den)