Penulis Rizky Firnanda.S.Pd
Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Jambi, Drs. H. Hasan Basri Agus.MM Bergelar Datuk Temenggung Putro Joyodiningrat, pada Sabtu, 2 Juli 2022, menegaskan bahwa Hari Adat Melayu Jambi telah ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Jambi Nomor: 312/KEP.GUB/DISBUDPAR-2.3/2022 6 April 2022 tentang Penetapan Hari Adat Melayu Jambi, Provinsi Jambi.
Namun setahun kemudian Penetapan ini diralat dengan penguatan Surat Keputusan Gubernur Jambi nomor 538/KEP.GUB/DISBUDPAR-2.3/2023 tanggal 20 Juni 2023, tentang perubahan SK Gubernur Jambi nomor 312/KEP.GUB/DISBUDPAR-2.3/2022 tentang Penetapan Hari Adat Melayu Jambi Provinsi Jambi.
HBA menuturkan penetapan Hari Adat Melayu Jambi ditetapkan 2 Juli 1502 itu mulanya berdasarkan adanya rapat besar pertama yang bertempat di Bukit Siguntang, Kabupaten Tebo.
Rapat itu dihadiri langsung oleh orang kayo hitam rajo melayu Jambi, Sulthan Bakilat Alam Rajo Minang Kabau.
Lalu penghulu kepala negeri beserta para pemangku adat dan ulama Islam, namun melalui rapat itu menyepakati tentang batas Wilayah antara Jambi dan Sumatera Barat. Bukit Siguntang yang sekarang masuk dalam wilayah Desa Muaro Sekalo, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi menjadi tempat penyelenggaraan Rapat Besar adat Pertama, yang dikenal dengan Rapat Besar Adat Bukit Siguntang, Pada Hari Rabu Tgl 2 Juli Sampai 16 Juli 1502 Masehi, atau bertepatan dengan 17 Dzulhijjah 907 sampai dengan 1 Muharram 908 Hijriyah.
Pada rapat itu lah Para Kepala Negeri, Pemangku Adat dan ulama islam menjadi titik awal Kerajaan Melayu Jambi memiliki hukum hakam “Adat Bersendi Syara’ , Syara’ Bersendikan Kitabullah, Syara’ Mengato, adat memakai.
Adat Melayu Jambi merupakan salah satu warisan budaya yang memiliki nilai historis dan sosial yang tinggi. Dalam era globalisasi ini, generasi muda Jambi yang berada di perantauan memiliki peran penting dalam menjaga eksistensi dan melestarikan adat tersebut.
Artikel ini membahas bagaimana peran generasi muda Jambi di perantauan khususnya dalam menjaga adat Melayu Jambi serta berbagai upaya yang dilakukan untuk melestarikannya, dengan mengaitkannya pada seloko atau pepatah Melayu Jambi, dan mengintegrasikan pendekatan teori ilmiah dalam pembahasan.
**Pendahuluan**
Adat Melayu Jambi memiliki kekayaan budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan, seperti bahasa, kesenian, upacara adat, dan sistem nilai. Di tengah arus modernisasi, terdapat tantangan besar untuk mempertahankan dan melestarikan adat ini, terutama bagi generasi muda yang berada jauh dari tanah kelahiran mereka. Oleh karena itu, memahami peran generasi muda di perantauan menjadi krusial dalam upaya melestarikan adat Melayu Jambi. Salah satu cara untuk memahami dan menginternalisasi nilai-nilai budaya ini adalah melalui seloko atau pepatah Melayu Jambi, yang mengandung kebijaksanaan lokal dan nilai-nilai luhur.
**Pendekatan Teori Ilmiah**
Untuk memahami peran generasi muda dalam menjaga eksistensi adat Melayu Jambi, kita dapat menggunakan beberapa teori ilmiah, yaitu:
1. **Teori Identitas Budaya (Cultural Identity Theory)**
Menurut Stuart Hall, identitas budaya adalah suatu konstruksi yang dibentuk melalui proses sosial dan historis. Identitas ini tidak statis tetapi dinamis, berubah seiring dengan pengalaman dan interaksi sosial. Generasi muda Jambi di perantauan, melalui proses sosialisasi dan interaksi dengan lingkungan baru, membentuk identitas budaya yang unik. Mereka memelihara dan menegaskan identitas budaya Melayu Jambi melalui berbagai cara, seperti berpartisipasi dalam komunitas budaya dan memanfaatkan media sosial.
2. **Teori Mobilitas Sosial (Social Mobility Theory)**
Teori ini membantu menjelaskan bagaimana individu atau kelompok dalam masyarakat berpindah dari satu status sosial ke status sosial lainnya. Generasi muda Jambi di perantauan sering mengalami mobilitas sosial vertikal (naik atau turun dalam hirarki sosial) dan horizontal (perpindahan di dalam status sosial yang sama). Dalam konteks ini, mereka membawa serta nilai-nilai budaya dari kampung halaman dan menyesuaikannya dengan konteks baru, sehingga memungkinkan pelestarian dan penyebaran adat Melayu Jambi.
3. **Teori Difusi Inovasi (Diffusion of Innovations Theory)**
Menurut Everett Rogers, difusi inovasi adalah proses di mana inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dari waktu ke waktu di antara anggota sistem sosial. Generasi muda Jambi dapat menggunakan pendekatan ini untuk menyebarkan pengetahuan tentang adat Melayu Jambi melalui teknologi digital dan media sosial. Dengan menyebarluaskan informasi budaya melalui platform ini, mereka dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan memastikan kelangsungan adat tersebut.
Peran Generasi Muda Jambi di Perantauan
1. Pemeliharaan Identitas Budaya
Pepatah “Biar mati anak, jangan mati adat” mencerminkan betapa pentingnya menjaga adat istiadat. Generasi muda Jambi di perantauan harus tetap memelihara identitas budaya mereka dengan berpegang pada nilai-nilai dan tradisi adat Melayu Jambi, memperkenalkan dan memperkuat identitas budaya ini di kalangan masyarakat perantauan.
2. Pembentukan Komunitas dan Organisasi
Pembentukan komunitas atau organisasi yang berbasis pada kebudayaan Jambi menjadi salah satu cara efektif untuk menjaga eksistensi adat Melayu Jambi. Pepatah “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” menggambarkan pentingnya kebersamaan dalam upaya melestarikan budaya. Komunitas ini bisa menjadi wadah bagi generasi muda untuk berkumpul, berdiskusi, dan melaksanakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kebudayaan mereka.
3. Pendidikan dan Penyebaran Pengetahuan
Generasi muda dapat mengambil peran sebagai pengajar atau fasilitator dalam menyebarkan pengetahuan tentang adat Melayu Jambi. Melalui kegiatan seperti workshop, seminar, atau kelas budaya, mereka bisa mengedukasi sesama generasi muda serta masyarakat luas tentang pentingnya melestarikan warisan budaya ini. Pepatah “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari” mengingatkan bahwa generasi muda akan mengikuti contoh yang diberikan oleh para pendahulunya.
4. Pemanfaatan Media Sosial dan Teknologi
Dalam era digital, media sosial dan teknologi informasi menjadi alat yang sangat efektif untuk mempromosikan kebudayaan. Generasi muda bisa menggunakan platform media sosial untuk membagikan informasi, cerita, dan kegiatan yang berkaitan dengan adat Melayu Jambi, sehingga lebih banyak orang yang terpapar dan tertarik untuk mengenal budaya tersebut. Pepatah “Tak kenal maka tak sayang” menunjukkan pentingnya pengenalan budaya untuk menumbuhkan rasa cinta terhadapnya.
Upaya Pelestarian Adat Melayu Jambi
1. Dokumentasi dan Arsip Digital
Mendokumentasikan berbagai aspek adat Melayu Jambi dalam bentuk tulisan, foto, dan video merupakan langkah penting untuk pelestarian. Arsip digital ini bisa diakses oleh siapa saja dan kapan saja, sehingga pengetahuan tentang budaya ini tidak hilang seiring berjalannya waktu. Pepatah “Sediakan payung sebelum hujan” menggambarkan pentingnya kesiapan dalam melestarikan budaya.
2. Kolaborasi dengan Pemerintah dan Lembaga Budaya
Kolaborasi dengan pemerintah daerah dan lembaga-lembaga budaya dapat memperkuat upaya pelestarian adat Melayu Jambi. Dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait dapat berupa pendanaan, pelatihan, serta penyediaan fasilitas untuk kegiatan budaya. Pepatah “Bersatu padu, bagaikan sirih dalam sangkar” mencerminkan pentingnya kerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
3. Penyelenggaraan Festival dan Acara Budaya
Festival atau acara budaya yang menampilkan berbagai kesenian dan tradisi Melayu Jambi bisa menjadi sarana untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya ini. Acara seperti ini juga bisa menarik minat generasi muda untuk lebih mengenal dan mencintai budaya mereka. Pepatah “Tak lapuk dek hujan, tak lekang dek panas” menggambarkan ketahanan budaya yang tetap bertahan meski menghadapi berbagai tantangan.
4. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Mengintegrasikan nilai-nilai dan tradisi adat Melayu Jambi dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu cara yang efektif untuk melestarikan budaya. Misalnya, dengan tetap menggunakan bahasa Melayu Jambi dalam komunikasi sehari-hari atau menerapkan nilai-nilai adat dalam interaksi sosial. Pepatah “Adat diisi, lembaga dituang” mengajarkan pentingnya mengisi kehidupan sehari-hari dengan nilai-nilai adat.
Kesimpulan
Generasi muda Jambi di perantauan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga eksistensi dan melestarikan adat Melayu Jambi. Melalui berbagai upaya seperti pembentukan komunitas, edukasi, pemanfaatan teknologi, serta dukungan dari pemerintah dan lembaga budaya, adat Melayu Jambi dapat terus hidup dan berkembang. Dengan demikian, warisan budaya yang berharga ini tidak akan hilang ditelan zaman, tetapi akan terus diwariskan kepada generasi mendatang. Seloko dan pepatah Melayu Jambi menjadi panduan moral dan etika yang mendukung upaya pelestarian ini, memperkuat ikatan budaya dan identitas di tengah arus modernisasi.
Pendekatan teori ilmiah seperti teori identitas budaya, mobilitas sosial, dan difusi inovasi memperkaya pemahaman kita tentang dinamika pelestarian budaya di kalangan generasi muda Jambi di perantauan.