Jambi -Festival Batin lX Kenduri SwarnaBhumi di Batanghari yang dipusatkan di Desa Muara Singoan, Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batanghari menyuguhkan berbagai kegiatan.
Mulai acara makan merawang (makan bersama dalam satu wadah) di pinggir sungai Batanghari, pameran objek cagar budaya (ODCB), pertunjukan tarian lagu daerah, pasar budaya serta lomba masak kuliner khas Batanghari.
Dalam lomba masak ini pesertanya terdiri dari ibu-ibu yang berasal dari perwakilan desa yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS). Peserta diwajibkan memakai tengkuluk khas Jambi, berkebaya dan mengunakan scane care khas Jambi saat itu. Alatnya pun menggunakan alat-alat tradisional dan kayu bakar.
Mereka diminta memasak brengkes ikan. Brengkes ikan adalah hidangan tradisional khas yang terbuat dari ikan-ikan dari Sungai Batanghari, dibaluri sambal tempoyak maupun sambal-sambal lain yang terbuat dari rempah-rempah lokal, lalu dibungkus dengan daun pisang dan dimasak dengan cara di panggang di atas bara api.
Nurdimah, peserta lomba masak brengkes dari Desa Sungai Baung mengaku antusias mengikuti kegiatan ini. Baginya, memasak brengkes bukan hal yang sulit karena memang sejak kecil sudah dikenalkan kuliner khas Batanghari dari orang tuanya.
“Dalam lomba ini kita diminta mengunakan bahan baku ikan patin. Dulu bahan ikannya bermacam-macam. Ada ikan patin, ikan juaro, ikan baung, ikan seluang. Lebih enaknya itu ikan yang tidak ada sisiknya,” tutur Nurdimah.
Kepala Desa Muara Singoan, Samadani menjelaskan, Brengkes ikan adalah salah satu warisan kuliner yang kaya akan cita rasa dan juga sejarah.
“Setiap daerah di Jambi memiliki variasi brengkes mereka sendiri dan memasak brengkes ikan pada pembukaan Festival Suku Batin IX merupakan cara menunjukkan kekayaan budaya kuliner yang dimiliki,” ungkapnya.
Pamong Budaya Ahli Utama Kemendikbudristek, Siswanto mengatakan pagelaran Festival Suku Batin IX yang menyajikan lomba memasak Brengkes Ikan memiliki peran penting dalam melestarikan sebuah kebudayaan.
“Ini bukan sekadar lomba, tapi juga cara kami melestarikan tradisi memasak dengan cara yang alami dan tradisional,” tegas Siswanto.
Menurut Siswanto, memasak menggunakan kayu bakar memberikan rasa yang khas pada masakan yang tidak bisa ditiru oleh alat modern. Ia menambahkan, lomba memasak ini adalah salah satu cara memberikan nilai-nilai sosial dalam berinteraksi antarindividu.
“Kebersamaan adalah kunci dari acara ini,” pungkasnya.
Keseruan Festival Suku Batin IX yang dimulai pada Sabtu, 20 Juli 2024 ini turut dirasakan para warga. Salah satu warga dan asli Suku Batin IX yang hadir, Nyimas Artika, merasa senang melihat antusiasme para peserta lomba.
“Acara ini benar-benar menghidupkan kembali semangat gotong royong dan kebersamaan di desa kami,” ungkapnya.
Kenduri Swarnabhumi, yang dibuka pada 5 Juni 2024 lalu, merupakan rangkaian kegiatan kebudayaan di sepanjang DAS Batanghari atas inisiasi berbagai kalangan masyarakat setempat serta didukung Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Dukungan ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam melestarikan dan memajukan kebudayaan lokal, serta mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga warisan budaya.
Festival Suku Bathin IX, dengan segala keragaman acaranya, menjadi bukti nyata bagaimana tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan. Acara ini tidak hanya menjaga warisan budaya tetapi juga mengadaptasi perubahan zaman, memastikan bahwa tradisi-tradisi ini tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang.
Dukungan dari pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat setempat menjadi kunci keberhasilan festival ini, yang tak hanya merayakan budaya tetapi juga mempererat ikatan komunitas.(***)