JAMBI – Suhu politik menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) Kota Jambi semakin “panas”. Belakangan beredar pula hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI).
Budi Setiawan, kandidat yang sering kali dianggap sepele, ternyata merupakan bakal calon yang paling ditakuti. Ketua DPD Partai Golkar Kota Jambi itu kandidat kuat di Pilwako Jambi 2024.
Budi Setiawan bisa menjadi ancaman bagi Maulana, kandidat calon Wali Kota Jambi yang berpasangan dengan Diza Aljosha Hazrin sebagai calon wakil wali kota.
Beberapa kalangan sudah memprediksi, figur Budi Setiawan akan menjadi kandidat kuat di Pilwako Jambi, 27 November mendatang. Banyak alasannya.
Budi tidak seperti kandidat-kandidat lain dalam mensosialisasikan dirinya. Dia tidak pamer massa. Dia low profile saja selama ini.
Namun, gerakan “bawah tanah” terus dilakukan Budi. Dia rajin bertandang ke rumah-rumah warga jauh-jauh hari sebelum ada pilwako. Tak ada yang tahu gerakannya itu.
Silaturahim dengan warga rutin dilakukan Budi. Bukan semata-mata karena ingin mencalonkan diri sebagai Wali Kota Jambi. Dia memang suka ngobrol.
Pengamat politik dari Universitas Jambi, Dr Dori Efendi S.IP M.Soc.Sc Ph.D, melihat hanya ada tiga pasangan yang akan maju di Pilwako Jambi 2024.
“Kalau kandidat yang muncul banyak. Lebih dari 20 orang. Tapi yang bakal bertarung cuma tiga pasangan,” kata Dori.
Tiga pasangan itu adalah Maulana – Diza Aljosha Hazrin, Budi Setiawan – Eko Setiawan, dan Abdul Rahman – Guntur Muchtar.
Dari simulasi yang dilakukan LSI, elektabilitas Maulana dan Budi bersaing ketat. Maulana berada di angka 43,3 persen, Budi 33,5 persen. Sementara, Abdul Rahman 11,8 persen.
Hasil survei yang dilakukan LSI pada 25 Juli – 3 Agustus 2024 itu berubah drastis, dibanding hasil survei beberapa bulan lalu. Budi Setiawan melejit, walau baru diusung oleh PPP.
Budi menjadi penantang terberat Maulana. Padahal, sebagai mantan Wakil Wali Kota Jambi, Maulana memiliki elektabilitas melekat (strong voter). Paling tidak 5 – 10 persen.
Sebelumnya, tiga bulan lalu, elektabilitas Budi Setiawan berada di angka 17 persen, sementara Maulana 76 persen. Sedangkan kandidat lain di bawah 10 persen. Budi sempat di-bully, bahkan difitnah, tapi dia tetap tenang.
Meski dijegal dari seluruh penjuru mata angin, Budi dinilai oleh arus bawah layak maju di Pilwako Jambi 2024. Elektabilitas yang sebenarnya mulai muncul. Dia dianggap mampu memimpin Kota Jambi.
“Sudah jelas, arus bawah minta Budi maju. Elektabilitasnya bagus. Kepemimpinan bagus. Budi berhasil memimpin Partai Golkar,” ujar Dori, sarjana Ilmu Pemerintahan jebolan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penilaian-penilaian positif itu menjadi efek bagi Budi Setiawan dinilai layak menjadi Wali Kota Jambi. Penilaian itu juga tidak bisa dibantahkan melalui hasil survei LSI yang terkenal sangat objektif mengambil sampel.
Dengan adanya hasil survei itu, di mata kandidat lain, terutama Maulana, Budi Setiawan harus diperhitungkan. Begitu pula Golkar, harus memperhitungkan Budi Setiawan untuk diusung di Pilwako Jambi 2024.
“Prestasi-prestasi Budi Setiawan ini adalah representatif dari kepemimpinannya. Inilah yang membuat Budi diciptakan jangan sampai maju di Pilwako Jambi 2024,” ucap Dori, magister politik tamatan Universiti Kebangsaan, Malaysia.
Sampai hari ini Budi Setiawan belum menerima rekomendasi dari Partai Golkar untuk diusung sebagai calon Wali Kota Jambi periode 2024 – 2029. Sementara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sudah bulat akan mengusung Budi.
Dalam Pilwako Jambi 2024, Budi Setiawan dipastikan akan berpasangan dengan kelompok jawa, Eko Setiawan, pengusaha muda yang punya pengalaman duduk sebagai anggota DPRD Kota Jambi. ***