Oleh: Nando Nawawi, S.S
(Pemerhati Sosial tinggal di Kota Jambi)
Batanghari airnya tidak lagi tenang sebagaimana syair lagu daerah yang sering kita dengar. Kini airnya ‘garang’ merendam kampung-kampung. Dua minggu terakhir paling tidak beberapa daerah di sepanjang alirannya meradang; tenggelam.
Sebagai orang Jambi, tentu kita semua tahu bahwa sungai Batanghari adalah salah satu sungai terpanjang di Pulau Sumatra, Indonesia, yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya, terutama di Provinsi Jambi. Sungai ini bukan hanya menjadi jalur transportasi tradisional yang menghubungkan berbagai daerah, tetapi juga memiliki nilai ekologis yang sangat tinggi. Sungai Batanghari menyediakan habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna, serta berperan sebagai sumber daya air untuk pertanian, perikanan, dan kebutuhan sehari-hari.
Namun, di balik pentingnya peran Sungai Batanghari, terdapat berbagai tantangan yang mengancam kelestariannya. Salah satunya adalah polusi yang berasal dari limbah industri, pertanian, dan permukiman di sepanjang aliran sungai. Pencemaran air yang terus meningkat dapat berdampak negatif pada kualitas air, mengancam kehidupan biota sungai, dan menurunkan keberlanjutan ekosistem yang ada. Selain itu, alih fungsi lahan untuk pembangunan infrastruktur dan perkebunan juga menjadi ancaman bagi keberadaan hutan di sepanjang sungai.
Secara keseluruhan, Sungai Batanghari merupakan anugerah alam yang memiliki banyak manfaat, namun keberlanjutannya harus dijaga dengan upaya bersama. Tanpa kesadaran dan tindakan nyata dalam merawatnya, sungai ini bisa kehilangan fungsinya dan menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan di sekitarnya.
Sungai Batanghari yang mengalami siklus banjir besar setiap 10 tahun sekali, seperti yang terjadi pada tahun 2004 dan tahun 2024, memang menjadi masalah yang semakin serius. Terlebih, banjir besar yang kini mulai lebih sering terjadi, bahkan harini ini menjadi ancaman yang bisa terjadi setidaknya sekali dalam setahun, hampir dua pekan sungai batanghari meluap mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, dari ekonomi hingga politik. Salah satu penyebab utama banjir ini adalah kerusakan di hulu sungai, di mana kegiatan pertambangan dan penebangan hutan yang masif telah mengubah ekosistem di daerah tersebut. Faktor-faktor ini memperburuk kondisi hulu sungai, mempercepat proses erosi dan sedimentasi yang mengurangi daya tampung air, serta memperburuk kualitas air sungai.
BANJIR LAGI
Kini Sungai kesayangan orang Jambi ini banjir lagi dan boleh dikatakan tidak kenal musim. Banjir lagi dan lagi. Banjir yang terjadi hari ini tentu bukan kejadian tiba-tiba tapi dampak dari berbagai factor. Aktivitas pertambangan yang tidak terkontrol, serta penebangan hutan secara besar-besaran telah mengubah keseimbangan alam di hulu Sungai Batanghari. Deforestasi mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air, sehingga lebih banyak air yang mengalir langsung ke sungai, menyebabkan peningkatan volume air yang cepat dan berisiko menimbulkan banjir besar. Selain itu, pertambangan sering kali tidak memperhatikan kelestarian lingkungan, menghasilkan sedimentasi yang dapat memperkecil kapasitas aliran sungai.
Begitu juga halnya dengan kegiatan industri dan pertanian yang tidak ramah lingkungan menghasilkan limbah dan polutan yang mencemari sungai, yang mempengaruhi kualitas air yang mengalir ke hilir. Pencemaran ini memperburuk situasi banjir karena air yang tercemar tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga menambah beban pada sistem drainase dan pengelolaan air.
Ditambah lagi, perubahan iklim global yang menyebabkan curah hujan yang tidak menentu semakin memperburuk kondisi. Hujan deras yang turun dalam waktu singkat memperburuk potensi banjir, dan sungai yang sudah tercemar dan mengalami sedimentasi tinggi menjadi semakin rentan terhadap luapan air.
DAMPAK BANJIR
Ekonomi: Banjir besar secara langsung merugikan perekonomian masyarakat, terutama yang bergantung pada sektor pertanian dan perikanan. Infrastruktur yang rusak akibat banjir memperlambat laju distribusi barang dan jasa, serta mengganggu aktivitas bisnis. Para petani dan nelayan sering kali menjadi yang paling terdampak karena lahan pertanian mereka terendam, dan hasil tangkapan ikan pun menurun. Hal ini berdampak pada pendapatan keluarga, dan semakin memperburuk kemiskinan di daerah sekitar Sungai Batanghari.
Pendidikan: Banjir juga mengganggu dunia pendidikan di daerah yang terpapar. Sekolah-sekolah sering kali terendam, dan kegiatan belajar mengajar menjadi terganggu. Selain itu, anak-anak yang harus mengungsi akibat banjir sering kali kehilangan akses pendidikan untuk waktu yang cukup lama, yang dapat berdampak pada kualitas pendidikan mereka di masa depan.
Politik: Dalam konteks politik, banjir yang semakin sering terjadi berpotensi menjadi isu sensitif dalam Pemilu, seperti yang kita saksikan pada Pemilu 2024. Masyarakat yang terdampak banjir mungkin akan merasa frustasi terhadap pemerintah yang dianggap tidak cukup sigap dalam menangani masalah banjir ini. Ketidakpuasan ini dapat mempengaruhi stabilitas politik dan kepercayaan publik terhadap partai-partai politik yang berkuasa. Isu lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam akan semakin menjadi perhatian penting dalam kampanye politik.
SOLUSI
Rehabilitasi Hutan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Secara Berkelanjutan: Pemerintah harus memperketat regulasi terkait penebangan hutan dan pertambangan. Program rehabilitasi hutan yang melibatkan masyarakat lokal bisa membantu mengurangi kerusakan lingkungan di hulu sungai.
Pembangunan Infrastruktur Penanggulangan Banjir: Investasi dalam pembangunan infrastruktur pengendalian banjir, seperti waduk, bendungan, dan saluran drainase yang lebih baik, dapat membantu mengurangi dampak banjir di masa depan. Pemerintah juga harus mengoptimalkan sistem peringatan dini untuk menghadapi bencana banjir.
Perusahaan dan Sektor Swasta:
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR): Perusahaan yang beroperasi di sekitar Sungai Batanghari, terutama yang bergerak dalam industri pertambangan dan perkebunan, harus bertanggung jawab atas dampak lingkungan yang dihasilkan. Melaksanakan praktik ramah lingkungan dan menginvestasikan sebagian keuntungan untuk pemulihan lingkungan sangat penting dalam mengurangi dampak jangka panjang.
Pengelolaan Limbah yang Tepat: Perusahaan juga harus memastikan bahwa limbah yang dihasilkan tidak mencemari sungai, dengan menerapkan sistem pengolahan limbah yang sesuai standar.
Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan: Masyarakat perlu diberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga kelestarian sungai dan hutan. Dengan menyadari dampak jangka panjang dari kerusakan lingkungan, masyarakat dapat lebih terlibat dalam menjaga ekosistem sekitar.
Pengelolaan Sampah dan Kebersihan Sungai: Masyarakat harus proaktif dalam menjaga kebersihan sungai, tidak membuang sampah sembarangan, dan mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari air.
Penelitian dan Pengembangan Solusi Inovatif: Universitas dan lembaga riset perlu lebih banyak melakukan penelitian tentang pengelolaan sumber daya alam dan mitigasi bencana banjir. Mereka dapat berperan dalam merumuskan solusi berbasis riset yang lebih efisien untuk mengurangi risiko banjir.
Secara keseluruhan, solusi untuk permasalahan banjir di Sungai Batanghari memerlukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan akademisi. Hanya dengan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan, kita bisa mengurangi dampak banjir dan menjaga keberlanjutan hidup di sekitar daerah aliran sungai ini.