Batanghari, AP – Pasca pulang dari Rumah Sakit Gatot Subroto Jakarta melakukan pengobatan, Rianti bocah berumur 10 tahun yang didiagnosa mengidap tumor ginjal stadium tiga, akhirnya meninggal dunia di kediaman orang tuanya RT 05, Desa Tenam, Kecamatan Muarabulian. Minggu (27/11) kemarin.
“Iya, Rianti menghembus nafas terakhir pada pukul 01.00 WIB dini hari tadi, dan telah dikebumikan pada pukul 11.00 WIB siang ini (kemarin, red). Kondisi Rianti pasca pulang dari Jakarta memang tak kunjung membaik, keluarga juga telah pasrah dengan kondisi Rianti,” jelas Damanhuri, Kepala Desa (Kades) Tenam.
Diberitakan sebelumnya, Rianti hanya bisa terbaring lemas sambil meringis kesakitan di atas kasurnya. Tumor yang menggerogoti ginjalnya membuat anak bungsu dari Suparti ini hanya bisa pasrah, dengan kondisi perutnya yang terus semakin membesar melebihi bobot badannya.
Suparti (48), ibu bocah tersebut mengatakan anaknya sempat mendapat perawatan medis di salah satu rumah sakit yang ada di Jakarta. Namun, harapan keluarga agar tumor yang di idap Rianti bisa di angkat, nyatanya tak di lakukan oleh pihak Rumah Sakit.
“Sempat dirawat di Rumah Sakit Gatot Subroto Jakarta selamo 25 hari, tapi itu cuma diambil samplenyo be. Sementaro dana kami dak ado lagi. Apo lah kerjoan bapaknyo cuma motong getah be pak, makonyo lebih baik kami bawa balek ke rumah dan cuma pasrah lah,” sebut Suparti.
Diakui Suparti, bahwa sempat ada bantuan dana dari Pemerintah Batanghari untuk pembiayaan pengobatan anaknya senilai Rp 10 Juta. Sementara, pendampingan selama perobatan dari instansi terkait tidak pernah didapat oleh pihak keluarga.
“Ado lah bantuan dana dari Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari Cuma Rp10 juta. Mano lah cukup dana segitu pak selamo berobat di sano, orang dinas kesehatan tu cuma ngantar be, untuk ngurus berobat di sini kami dewek lah,” kata Suparti.
Sementara, Kepala Bidang (Kabid) Perlindungan dan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Batanghari, Asrofi, membantah kalau menelantarkan penderita tumor.
“Kalau menelantarkan, itu bohong. Kami telah melaksanakan tugas kami sesuai dengan standarisasinya, kami mendampingi memang selama tiga hari. Dan dana Rp 10 Juta hanya untuk transport, makan dan operasional. Kalau untuk sekarang penangganan sudah menjadi tanggung jawab puskesmas terdekat, bukan kami lagi,” pungkas Asrofi kepada rekan media belum lama ini. sup