Jambi, AP.- Para petani kopi Liberika Tungkal Komposit di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, minta pemerintah membantu proses pemasaran hasil produksi kopi mereka.
“Saat ini petani masih sulit memasarkan kopi ke luar, sehingga sekarang masih dipasarkan oleh petani sendiri kepada pengumpul di Jambi,” kata Ketua Kelompok Tani Kopi Liberika Tungkal Komposit, Murdianto dihubungi di Jambi, Senin.
Ia mengatakan bantuan proses pemasaran sampai saat ini belum ada tindak lanjutnya, begitu juga dengan bantuan peralatan untuk peningkatan produktifitas biji kopi dari pemerintah, juga masih minim.
Murdianto yang juga ketua Masyarakat Peduli Indikasi Geografis (MPIG) untuk Kopi Liberika Tungkal Komposit (Libtukom) itu juga mengatakan saat ini terdapat 16 kelompok petani kopi. Namun dari jumlah kelompok petani tersebut belum semuanya tersentuh bantuan peralatan untuk pengolahan.
“Baru ada sembilan kelompok petani yang sudah tersentuh bantuan peralatan, sehingga petani yang belum punya peralatan pengolahan kopi juga sulit kalau misalnya ada permintaan kopi dalam jumlah yang besar,” kata Murdianto menjelaskan.
Kopi Liberika Tungkal Komposit yang tumbuh di ketingian 0-5 MDPL ata di lahan gambut tersebut kata Murdianto mempunyai rasa cukup menarik dan khas bagi lidah pecinta kopi.
Varietas kopi tersebut kata dia, pada 23 Juli 2015 telah mendapatkan sertifikat indikasi geografis yang dikeluarkan Kementerian Hukum dan HAM.
Pada sertifikasi itu tertulis hasil uji citarasa oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia, menyimpulkan, liberika Tungkal dengan proses olah basah kopi peram (OBKP) memiliki citarasa herbal, rubbery, rutter sourish and too high acidity.
Adapun harga kopi liberika tersebut ditingkat petani cukup bervariasi sesuai dengan kualitas dan berbagai macam cara pengolahannya. Untuk kopi liberika original atau kualitas standar harganya berkisar Rp36.300/kilogram. Sedangkan untuk kopi kualitas bagus yang masih dalam bentuk biji (bean) mencapai Rp65.000/kilogram.
Kemudian kopi liberika yang telah disangrai harganya Rp150.000/kilogram dan untuk kopi bubuk mencapai 160.000/kilogram.
“Kalau kopi yang original atau kualitas standar, berapapun jumlahnya masyarakat lokal mau nampung, yang susah itu kualitas SOP atau kualitas bagus yang maih sulit,” kata Murdianto.
Sementara itu, Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil pada Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Putri Rainun, mengatakan kopi liberika tungkal komposit memang saat ini sulit dipasarkan karena masih baru sehingga belum dikenal masyarakat luas.
“Memang saat ini masih sulit pemasarannya karena belum banyak yang kenal sama kopi liberika, orang lebih kenal seperti kopi Gayo Aceh dan kopi-kopi lainnya,” katanya.
Sebelumnya kata Putri, juga pernah ada perusahaan kopi asal Bandung yang sudah melakukan MoU untuk bekerja sama mengembangkan Kopi liberika itu, tapi terkendala belum ada kesepakatan harga.
“Saat ini kita fokus memperkenalkan, karena kalau sudah banyak yang kenal pasti permintaan juga banyak, pemasarannya juga mudah,” kata Putri Rainun menambahkan. dodi